RSS

Kasongan on the observer


Kasongan mulanya merupakan tanah pesawahan milik penduduk desa di selatan Yogyakarta. Pada Masa Penjajahan Belanda di Indonesia, di daerah pesawahan milik salah satu warga tersebut ditemukan seekor kuda yang mati. Kuda tersebut diperkirakan milik Reserse Belanda. Karena saat itu Masa Penjajahan Belanda, maka warga yang memiliki tanah tersebut takut dan segera melepaskan hak tanahnya yang kemudian tidak diakuinya lagi. Ketakutan serupa juga terjadi pada penduduk lain yang memiliki sawah di sekitarnya yang akhirnya juga melepaskan hak tanahnya. Karena banyaknya tanah yang bebas, maka penduduk desa lain segera mengakui tanah tersebut. Penduduk yang tidak memiliki tanah tersebut kemudian beralih profesi menjadi seorang pengrajin keramik yang mulanya hanya mengempal-ngempal tanah yang tidak pecah bila disatukan. Sebenarnya tanah tersebut hanya digunakan untuk mainan anak-anak dan perabot dapur saja. Namun, karena ketekunan dan tradisi yang turun temurun,Kasongan akhirnya menjadi Desa Wisata yang cukup terkenal.
Sejak tahun 1971-1972, Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat. Salah satunya adalah wagiran keramik yang terletak di pusat daerah sentra wisata di kasongan. Hasil kerajinan dari gerabah yang diproduksi oleh Kasongan pada umumnya berupa perabotan sederhana sepeti kuali. Dengan kemajuan zaman hasil kerajinan semakin bervariasi seperti guci dengan berbagai motif (burung merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya), pot berbagai ukuran (dari yang kecil hingga seukuran bahu orang dewasa), souvenir, pigura, hiasan dinding, perabotan seperti meja dan kursi, dll. Namun kemudian produknya berkembang bervariasi meliputi bunga tiruan dari daun pisang, perabotan dari bambu, topeng-topengan dan masih banyak yang lainnya. Hasil kerajinan tersebut berkualitas bagus dan telah diekspor ke mancanegara seperti Eropa dan Amerika. Biasanya desa ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.
Para pengrajin grabah rata-rata sudah memulai usahanya selama puluhan tahun dan pekerjaan ini turun temurun. Seperti halnya ibu Sumiyati yang saya wawancarai, merupakan salah satu pengrajin grabah di desa kasongan. Beliau bertempat tinggal di Rt 09. Ibu Sumiyati  telah membuat grabah sejak 55 tahun yang lalu. Ibu Sumiyati merupakan salah satu saksi sejarah jatuh bangunnya industri grabah di kasongan. Menurutnya grabah merupakan suatu kerajinan yang membutuhkan ketlatenan, keuletan, dan kesabaran dalam pembuatannya. Ibu Sumiyati lebih memilih membuat grabah  terutama pot. Menurutnya cara pembuatannya lebih mudah dan banyak peminatnya. Namun sekarang ini tidak dipungkiri bahwa banyak sekali pembuat grabah bahkan hampir semua masyarakat kasongan bermata pencaharian menjadi pembuat grabah. Sehingga harus mempunyai kiat-kiat khusus dalam pembentukan dan pendistribusian hasil grabah tersebut. Agar tetap dapat bersaing dengan pembuat grabah lainnya.
Di keluarga ibu Sumiyati sebagian besar bermata pencaharian sebagai pembuat grabah. Dari orang tuanya sampai anak-anaknya. Rata-rata mereka hanya bersekolah sampai SD dan SMP setelah itu mereka membantu membuat grabah. Tetapi saat ini cucu-cucu dari ibu sumiyati tidak mengikuti jejak keluarganya justru mereka bersekolah sampai SMA bahkan Perguruan tinggi dan pekerjaan mereka sesuai dengan kemampuanya.
Dengan dijadikanya kasongan sebagai pusat perdagangan grabah tentunya akan berdampak dan sangat berperan dalam membangun perekonomian masyarakat kasongan itu sendiri. Karena dengan semakin banyaknya peminat akan grabah membuat meningkatnya pengrajin dalam menghasilkan grabah yang bervariasi. Sehingga dapat  menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Dan tentunya membantu mengurangi pengangguran masyarakat Kasongan dan sekitar. Kasongan juga merupakan pusat distribusi grabah karena banyak pedagang yang membeli grabah di kasongan untuk di jual kembali. Di lihat dari segi ekonomi, yaitu dapat meningkatkan pendapatan masyarakat kasongan dengan menjadi pedagang grabah di kasongan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar